Tentu banyak yang ragu kamera saku sebesar telapak tangan bisa menghasilkan foto yang bagus. Seperti namanya kamera ini muat dimasukkan pada kantung baju maupun celana. Ukurannya kecil dan ringan menjadi keuntungan karena mudah dibawa berpergian. Membawa kamera kemanapun akan memperbesar peluang menangkap momen yang tidak terduga.
Sebelum memvonis kerja kamera saku, coba kita cermati bagaimana perkembangannya. Ukurannya sekarang jelas lebih kecil dibanding kamera saku diera film. Dari tahun ketahun ada kecenderungan semakin kecil dan tipis. Sepuluh tahun lalu sulit membayangkan kamera seukuran 10x6 cm dengan tebal 2 cm memuat baterai, kartu memori, sensor, chip, LCD, flash dan lensa.
Perkembangan teknologi digital sangat pesat, sesuatu yang dulu sulit dibayangkan sekarang bisa menjadi kenyataan. Begitu juga usaha peningkatan kualitas hasil pemotretan, sensor dan chip pengolah gambar semakin baik. Rentang ISO semakin lebar mulai dari 200 hingga 3200. Kualitas lensa, optical zoom, vibration reduction, dan bukaan diafragma maksimal kisaran 1.8 hingga 2.8 sudah lumrah.
Foto 1. Kamera berukuran kecil dan ringan untuk selalu dibawa di saku baju.
Kamera saku yang dulu terasosiasi dengan kerja serba otomatis pupus sudah, sekarang banyak yang sudah menyertakan mode pemotretan manual (M). Belum lagi ragam scene pemotretan untuk memudahkan pengguna pemula. Pilihan focusing bertambah dari autofocus, macro (close-up), hingga manual focus. Mode pemotretan tunggal, continous, panorama dan sequence juga ada. Flash bisa dioperasikan otomatis atau manual dalam mode front curtain, slow curtain hingga red eye reduction. Belum lagi kemampuan tambahan untuk merekam video dengan kualitas full HD.
Dibalik kekiniannya, beberapa hal masih menjadi kelemahan kamera saku. Seperti shutter lag atau jeda waktu antara rana yang ditekan dengan gambar direkam, lensa tidak bisa diganti-ganti, keterbatasan aksesoris dan kendali noise pada ISO tinggi. Kelemahan yang tidak ditemu pada DSLR, silakan baca post Kenali Kamera DSLR, Biar Makin Klop! Walau demikian, menghasilkan foto bagus dengan kamera saku bukan hal yang mustahil. Memahami dan mengoperasikannya dengan baik bisa menjadi awal untuk membuat foto yang menarik.
Jika memutuskan memakai kamera saku, berikut beberapa tips pemotretan untuk menggunakannya lebih baik :
a. Memotret lebih banyak
Yang perlu anda lakukan pertama kali adalah memotret layaknya seorang profesional. Memotret sebanyak mungkin yang bisa anda buat. Variasikan sudut pemotretan, seting, maupun komposisi. Apa yang baik dari teknologi digital, anda tidak dibebani biaya yang lebih besar karena memotret lebih banyak. Buat lebih banyak foto, hapus foto yang kurang baik dan pilih yang terbaik.
b. Komposisi dan cahaya
Dasar fotografi yang berkenaan dengan komposisi, cahaya maupun teknik memotret perlu anda kuasai. Komposisi dengan prinsip rule of third bisa menjadi awal. Buat garis imajiner yang membagi foto menjadi tiga bagian vertikal maupun horisontal. Lalu posisikan point of interest di sepertiga atas/ bawah atau di kiri/ kanan. Anda bisa baca tentang dasar fotografi pada post Tips Membuat Hasil Foto Menjadi Lebih Baik - Basic Photography 1 (Rules).
Perhatikan arah datangnya cahaya, apakah dari belakang, samping atau depan. Kamera saku umumnya memiliki keterbatasan menghandle kontras tinggi. Karenanya anda mesti cermat mengatur komposisi agar cahaya berimbang ditiap bagian. Cahaya dari depan dan samping subjek bisa memberikan hasil yang lebih baik. Tentang cahaya bisa juga anda baca pada post Tips Membuat Hasil Foto Menjadi Lebih Baik - Basic Photography 2 (Light). Guna menyiasati pencahayaan yang sulit, coba pakai mode pemotretan seperti night scene, siluet, HDR, dan lainnya sesuai kondisi.
c. Pegang kamera dengan baik
Kesalahan memotret yang sering dilakukan dengan kamera saku yaitu shake atau kamera goyang ketika rana ditekan. Shake meningkatkan resiko blur (kekaburan) dan mengurangi ketajaman gambar. Pegang kamera dengan kedua tangan agar kokoh serta tekan rana dengan lembut dan pasti. Jika perlu letakkan kamera pada landasan stabil seperti meja, kursi, tembok atau gunakan tripod.
Perhatikan agar jari-jari tidak menyentuh permukaan lensa dan flash ketika memotret. Tapak bekas jari bisa membuat gambar yang dihasilkan berkabut. Tangan serta jari sebaiknya tetap disamping dan bawah kamera untuk menjaganya tetap stabil.
d. Exposure
Banyak kamera saku saat ini sudah dilengkapi pengukuran cahaya center weighted, spot, maupun matrix metering. Pengukuran matrix bekerja baik pada sebagian besar kondisi pencahayaan. Metering dibutuhkan untuk mendapat exposure yang tepat berkenaan dengan jumlah cahaya yang dibutuhkan untuk merekam gambar pada sensor digital. Ada tiga seting yang mengatur exposure yaitu aperture/diafragma lensa (f-stops), shutter/kecepatan rana, dan ISO/ sensitifitas sensor.
Mode pemotretan otomatis yang berkenaan dengan exposure bisa dipilih sebagai berikut:
- Aperture (A) priority, anda menentukan diafragma sedang kamera otomatis menentukan shutter speed yang dibutuhkan.
- Shutter Speed (S) priority, anda menentukan shutter speed sedang kamera otomatis menentukan bukaan diafragma yang dibutuhkan.
- Program (P) dan Otomatis, kamera menentukan seting bukaan diafragma maupun shutter speed yang dibutuhkan.
- Selain mode diatas ada juga scene pemotretan seperti: night scene, potrait, sport, dll.
Hampir semua mode diatas memberikan hasil pengukuran exposure yang baik. Namun pada kondisi khusus seperti subjek terang dengan latar terang atau subjek gelap dengan latar gelap, anda membutuhkan kompensasi exposure yang memungkinkan menambah atau mengurangi jumlah cahaya dari yang ditunjukkan kamera. Metering bisa tertipu sehingga kendali anda diperlukan. Fitur kompensasi exposure termasuk mode manual sudah lumrah pada kamera saku sekarang.
Foto 2. Foto dibuat handheld dengan kamera saku Nikon Coolpix P310 16 MP. Pemotretan dengan mode otomatis, ISO auto, flash dan matrix metering memberikan hasil foto yang cukup baik.
e. Mengunci titik fokus
Letak titik fokus kamera saku biasanya ditengah sehingga mengurangi keleluasaan mengatur komposisi. Trik yang bisa dilakukan yaitu dengan mengunci titik fokus. Caranya dengan menekan dan menahan rana setengah sampai subjek fokus. Terlihat di LDC garis segi empat berwarna hijau jika subjek sudah fokus. Lalu komposisi ulang foto atau recompose dengan menempatkan subjek di kiri atau kanan sesuai kehendak. Jika dirasa sudah baik, lanjutkan menekan penuh rana untuk mengambil gambar. Mengunci titik fokus memungkinkan anda membuat komposisi yang dinamis.
f. Antisipasi shutter lag
Pemotretan dengan kamera saku sering tidak real time. Antara gambar di LCD dengan yang terekam bisa tidak sesuai karena ada jeda atau shutter lag. Untuk mengatasinya bisa coba trik mengantisipasi momen dengan cara memencet rana satu atau dua detik mendahului sebelum momen terjadi. Kemungkinan gagal tetap ada, namun dengan cara ini anda memperbesar kemungkinan untuk merekam momen yang dikehendaki.
Cara lain dengan memperkirakan jarak atau titik fokus dimana momen akan terjadi. Kunci fokus pada jarak tersebut dan tekan rana sepenuhnya ketika momen di kehendaki terjadi.
g. Menggunakan zoom
Zoom pada kamera saku memungkinkan anda mengubah focal lenght sehingga subjek pemotretan jauh bisa tampak lebih dekat. Jika kamera punya optical zoom, anda tidak perlu khawatir karena pertambahan focal lenght diperoleh dari mekanisme optik sehingga kualitas foto terjaga. Sebaliknya hindari menggunakan digital zoom karena pertambahan focal lenght dihasilkan dari mengcrop gambar dengan menggunakan hanya bagian kecil dari sensor. Bergerak mendekati subjek pemotretan menjadi solusi yang lebih baik bagi kamera dengan digital zoom.
Penggunaan zoom juga mesti dipahami, zoom tidak hanya membuat subjek menjadi lebih dekat tapi juga mengubah persfektif foto. Pada posisi wide, latar belakang terlihat menjauh, sebaliknya posisi tele latar belakang yang jauh terlihat mendekat. Anda harus banyak berlatih menggunakan zoom untuk mengetahui keterhubungan antara focal lenght, background dan subjek pemotretan.
f. Memakai flash
Flash biasanya dipergunakan pada pemotretan malam hari, di ruangan, atau siang hari sebagai fill in flash. Yang perlu diketahui, flash kamera saku kekuatan dan cakupannya terbatas. Ketika memakai flash pastikan jarak subjek masih dalam rentang flash. Jarak 2-4 meter dari subjek masih bisa dijangkau flash dengan baik.
Memakai flash bisa menjadi penyelamat pada kondisi low light saat kendali noise ISO tinggi kurang baik. Mode flash seperti red eye reduction bisa dipilih untuk pemotretan manusia di malam hari. Sedang fill flash dapat dipilih subjek yang ada diarea shadow karena backlighting. Agar efektif usahakan jarak pemotretan tidak terlalu jauh ketika melakukan fill in. Malam hari guna mengkombinasi available light dengan shutter speed rendah bisa menggunakan mode slow sync flash.
Foto 3. Membawa kamera saku
pada acara budaya bisa membantu agar fotografer tidak tampil mencolok sehingga
leluasa memotret. Acara diatas bagian dari upacara ngaben yang disebut nyiramin.
Difoto dengan kamera saku Nikon Coolpix P310 dengan mode Aperture Priority, matrix
metering dan fill in flash untuk menerangi area shadow karena
backlighting.
g. Ukuran dan resolusi
Ukuran file foto yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya jika hendak mencetak ukuran 4R, anda tidak butuh menggunakan ukuran maksimal 16 megapiksel, cukup pilih ukuran 8 megapiksel. Ukuran dan resolusi berpengaruh pada besar file foto yang akan dihandle.
Walau demikian perlu dimengerti bahwa ukuran dan resolusi foto yang terlanjur kecil tidak akan bisa diperbesar. Perbesaran menggunakan software tidak menghasilkan kualitas yang sama jika dibanding memotret dalam ukuran dan kualitas terbaiknya sejak awal. Cara ini memungkinkan anda mempunyai besar file yang cukup ketika perlu mencetak besar atau diperkecil sesuai kebutuhan. Jadi sebaiknya seting ukuran dan kualitas foto selalu pada resolusi terbaik atau fine (300 dpi).
Kenali kemampuan kamera saku anda serta memotret lebih sering. Berlatih, bereksperimen dan membuat banyak kesalahan adalah cara untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. (Andi Sucirta)
g. Ukuran dan resolusi
Ukuran file foto yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya jika hendak mencetak ukuran 4R, anda tidak butuh menggunakan ukuran maksimal 16 megapiksel, cukup pilih ukuran 8 megapiksel. Ukuran dan resolusi berpengaruh pada besar file foto yang akan dihandle.
Walau demikian perlu dimengerti bahwa ukuran dan resolusi foto yang terlanjur kecil tidak akan bisa diperbesar. Perbesaran menggunakan software tidak menghasilkan kualitas yang sama jika dibanding memotret dalam ukuran dan kualitas terbaiknya sejak awal. Cara ini memungkinkan anda mempunyai besar file yang cukup ketika perlu mencetak besar atau diperkecil sesuai kebutuhan. Jadi sebaiknya seting ukuran dan kualitas foto selalu pada resolusi terbaik atau fine (300 dpi).
Kenali kemampuan kamera saku anda serta memotret lebih sering. Berlatih, bereksperimen dan membuat banyak kesalahan adalah cara untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. (Andi Sucirta)
0 komentar:
Posting Komentar